Pages

Sunday, December 4, 2022

Olahraga untuk Lansia

Tips Olahraga untuk Lansia

Kaum lanjut usia (lansia) sudah mulai turun fungsi tubuhnya. Kemampuan geraknya pun menurun seiring bertambahnya usia. Lalu, apakah lansia ini boleh berolahraga?

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Sport Medicine, Injury & Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr Antonius Andi Kurniawan, SpKO mengatakan lansia justru sangat disarankan untuk berolahraga rutin. Tak hanya bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh, lansia yang melakukan olahraga secara rutin juga dapat merasakan manfaat lain, yakni kualitas hidup lebih baik dan hati yang lebih bahagia.

"Meski usia sudah lanjut, olahraga rutin dan aktivitas fisik ada baiknya tidak ditinggalkan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (16/10/2022).

Kurang bergerak atau jarang berolahraga dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan pada orang yang berusia lanjut, misalnya nyeri sendi dan otot, tekanan darah tinggi, pikun atau demensia, hingga diabetes. Selama berolahraga, tubuh akan melepaskan hormon endorfin yang dapat meningkatkan mood, dan membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks. Hormon ini dapat mengurangi rasa sakit dan memberikan energi positif, yang berujung pada hati lebih bahagia.

Selain membuat hati lebih bahagia, lansia yang rutin berolahraga juga dapat merasakan berbagai manfaat pada kesehatan tubuh, antara lain memperkuat otot dan sendi, melancarkan peredaran darah, serta membantu mengendalikan penyakit komorbid yang sudah diderita, seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia dan hipertensi.

Selain itu, bisa memperlambat keparahan sindrom geriatri, menjaga kesehatan dan fungsi otak sekaligus menurunkan risiko gangguan pada otak, seperti demensia. Olahraga juga bisa mengurangi stres dan risiko gangguan mental, seperti depresi.

Tak hanya itu, olahraga juga membantu mencegah obesitas. Porsi olahraga untuk lansia, sama seperti kaum usia produktif. "Lansia disarankan untuk tetap aktif bergerak dan rutin berolahraga setidaknya 150 menit per minggu atau minimal 30 menit setiap harinya."

Namun, meskipun tetap boleh melakukan olahraga favorit semasa muda, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan ketika lansia mau memulai berolahraga, yakni konsultasikan kondisi kesehatan dengan dokter yang merawat lansia sebelum memutuskan untuk mulai berolahraga. Hal ini untuk memastikan kembali bagaimana porsi olahraga yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing lansia.

"Para lansia yang sudah lama tidak berolahraga sebaiknya memulai olahraga perlahan dengan latihan yang ringan dan konstan," tambahnya.

Jangan lupa selalu lakukan pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelah berolahraga. Meskipun sederhana, tetapi kedua hal ini dapat membantu menyiapkan tubuh untuk berolahraga dan beristirahat, serta mengurangi risiko terjadinya cedera ketika berolahraga. "Lakukan olahraga ketika tubuh benar-benar bugar. Tidak perlu terlalu memaksakan diri," ujar dokter Antonius.

Ia menambahkan pertambahan usia membuat tubuh tidak sebugar ketika muda, maka lekas merasa lelah adalah hal yang wajar. Lakukan olahraga secara perlahan dengan kesadaran penuh akan kemampuan diri sendiri dan berhentilah ketika sudah merasa lelah.

"Melakukan latihan keseimbangan karena latihan keseimbangan sangat berguna untuk mencegah jatuh pada lansia. Belajarlah teknik yang benar dalam melakukan olahraga agar tidak terjadi cedera olahraga."


Sumber :

https://www.republika.co.id/berita/rjv99n430/tips-olahraga-untuk-lansia

Monday, February 21, 2022

Menghindari Pikun Sejak Dini

Mulai Lupa Ini dan Itu, Berikut 5 Tips Menghindari Pikun Sejak Dini

Sabtu, 1 Mei 2021 16:31 WIB

Kondisi pikun ini biasanya terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Tetapi, yang masi muda saat ini pun tidak dapat kita mungkiri bisa kena penyakit ini. Karena kepikunan ini terjadi karena beberapa faktor seperti stres, kelelahan, depresi, dan yang lainnya.

Namun, kepikunan tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena ada beberapa tips untuk untuk mencegah pikun tersebut. Berikut tips cara mengatasi pikun dari berbagai sumber:


1. Tidur yang cukup

Saat tidur, memori-memori dalam otak akan diperkuat. Dan sebaliknya, kurang tidur berpotensi meningkatkan risiko pikun. Tak hanya itu, tidur juga bisa menambah fokus dan atensi Anda. Jadi, tidurlah 7-9 jam per hari agar kekuatan otak kita tetap terjaga.


2. Lakukan olahraga dengan teratur

Olahraga bukan cuma bertujuan menjaga kesehatan tubuh. Latihan fisik ini juga dapat mencegah pikun dengan meningkatkan fungsi memori. Durasi olahraga yang disarankan adalah 150 menit per minggu untuk olahraga ringan dan 75 menit per minggu untuk olahraga berat.


3. Melakukan pola makan sehat

Mencegah pikun dapat dimulai dengan konsumsi makanan yang sehat. Kurangi konsumsi gula, alkohol, dan karbohidrat yang diproses (seperti kue, roti, dan sebagainya). Pasalnya. bahan-bahan ini dapat meningkatkan risiko pikun.

Tingkatkan konsumsi ikan, daging ayam, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung omega-3 juga dapat meningkatkan fungsi memori kita.


4. Mengisi TTS

TTS atu teka-teki silang adalah sebuah permainan mengasah otak yang sudah ada sejak lama. Tak sedikit orang yang bahkan mengoleksi permainan ini karena konsepnya yang menyenangkan. Ingatan, pengetahuan, logita dan konsentrasi akan terpacu dan terasah dalam permainan ini, sehingga bisa menyembuhkan penyakit demensia atau pikun secara perlahan.


5. Menghafal

Latihlah daya konsentrasi dengan cara membaca dan menghafal beberapa bacaan seperti buku, koran atau majalah. Dengan cara ini maka sel-sel dalam otak akan berkembang sehingga dapat meningkatkan sistem kerja otak agar lebih baik. Dengan membaca dan menghafal, tentu bisa mengurangi risiko pikun karena kemampuan konsentrasi terus dilatih sehingga menciptakan kondisi daya ingat yang prima.


Sumber :

https://gaya.tempo.co/read/1458338/mulai-lupa-ini-dan-itu-berikut-5-tips-menghindari-pikun-sejak-dini/full&view=ok

Wednesday, January 12, 2022

Sering Disamakan, Ini Perbedaan Mendasar Lupa dan Pikun

Lupa dan pikun adalah kondisi medis yang berbeda. Pikun disebut dokter, bukan gejala normal dari proses penuaan. Pikun merupakan kondisi menurunnya kemampuan berpikir secara drastis.

Dalam keseharian, orang yang lupa akan sesuatu kerap diledek dengan sebutan pikun. Padahal, lupa dan pikun sebenarnya dua hal yang berbeda.

"Sebenarnya lupa dan pikun sesuatu yang tidak sama, sesuatu yang berbeda," jelas Dr dr Ninik Mudjihartini MS dari Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI dalam seminar web untuk awam "Kiat Sehat Lansia Pasca Pandemi Covid-19", Sabtu (18/12).

Lupa, lanjut Dr Ninik, merupakan peristiwa di mana tidak dapat ditimbulkannya kembali informasi-informasi yang telah diterima dan disimpan. Pada lupa, hilang pula kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari.

Dr Ninik mencontohkan, dahulu sebagai mahasiswi kedokteran dia belajar mengenai obat, mulai dari nama-nama hingga kegunaannya. Namun seiring berjalannya waktu dan Dr Ninik tak lagi melakukan praktik klinik, informasi tersebut tidak dia gunakan.

"Sehingga hal itu hilang, atau hanya tertinggal dalam jumlah sedikit. Namun kalau saya mau mengembalikan ingatan itu, saya dapat melatih untuk kembali mengingat hal-hal tersebut, informasi yang sudah saya dapat," ungkap Dr Ninik.

Ada dua teori yang dinilai menjadi penyebab terjadinya lupa. Yang pertama adalah teori atopi, di mana lupa terjadi karena informasi terlalu lama disimpan sehingga menjadi rusak atau bahkan hilang dari ingatan.

Teori yang kedua adalah teori interferensi. Mengacu pada teori ini, lupa terjadi karena informasi yang disimpan dan yang akan ditimbulkan kembali terlalu banyak sehingga menimbulkan interferensi.

Berbeda dengan lupa, pikun merupakan kondisi di mana menurunnya kemampuan berpikir secara drastis. Penurunan ini dipicu oleh penurunan fungsi jaringan otak. Pikun juga dikenal dengan istilah demensia. Gejala pikun biasanya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

"Pikun itu bukan gejala normal dari proses penuaan. Gejala normal (proses penuaan) itu lupa. Pikun itu lebih sebagai suatu kelainan," ungkap Dr Ninik.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pikun atau demensia. Sebagian di antaranya adalah kebiasaan merokok, konsumsi gula terlalu banyak, dan makan terlalu banyak. Kurang tidur dan kurang menstimulasi pikiran juga dapat memicu terjadinya pikun.

Demensia itu sendiri merupakan istilah payung untuk menggambarkan sekumpulan penyakit otak dan gejala-gejalanya. Gejala tersebut meliputi kehilangan ingatan, kesulitan untuk membuat keputusan, perubahan kepribadian, dan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Sekitar 60-70 persen kasus demensia adalah penyakit Alzheimer. Beberapa penyakit lain yang juga termasuk ke dalam demensia adalah demensia vaskular, demensia frontotemporal, demensia lewy body, dan bentuk demensia lain seperti penyakit Parkinson atau penyakit Huntington.

Dr Ninik mengatakan ada empat hal yang bisa dilakukan untuk mencegah pikun. Dua di antaranya adalah "memberi makan" otak dengan mengonsumsi makanan yang bergizi serta kaya omega-3 dan olahraga. Dua upaya lainnya adalah olah otak dan mengistirahatkan otak. "Datang ke dokter bila ada tanda demensia atau pikun," tukas Dr Ninik.


Sumber :

https://www.republika.co.id/berita/r4b5h9328/sering-disamakan-ini-perbedaan-mendasar-lupa-dan-pikun

Related Posts