Pages

Sunday, September 22, 2019

Demensia Adalah Bagian Normal dari Penuaan?

Survei: Dua dari Tiga Orang di Dunia Berpikir Demensia Adalah Bagian Normal dari Penuaan


Hasil dari survei tentang sikap dan perilaku umum terhadap demensia mengungkapkan kurangnya pengetahuan global tentang penyakit Alzheimer. Hal ini disebabkan karena dua pertiga orang masih berpikir bahwa demensia adalah bagian normal dari penuaan daripada gangguan neuro-degeneratif.

Laporan Alzheimer's Disease International (ADI) yang diberi judul: Attitudes to Dementia  juga menandai Hari Alzheimer Sedunia. Laporan ini mengungkapkan hasil dari survei terbesar yang pernah dilakukan di dunia mengenai sikap dan perilaku umum terhadap demensia melibatkan sekitar 70.000 orang dari 155 negara dan wilayah. Analisis data dilakukan oleh London School of Economics dan Political Science (LSE) UK, mitra dari Alzheimer’s Disease International.

Survei ini mengungkapkan bahwa stigma seputar demensia menghalangi publik untuk tidak segera mencari informasi, saran, dukungan, dan bantuan medis. Padahal hal tersebut dapat secara dramatis meningkatkan kualitas hidup mereka dari demensia, salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.

Saat ini, jumlah Orang Dengan Demensia (ODD) diperkirakan sekitar lebih dari 50 juta dan akan meningkat menjadi 152 juta di tahun 2050. Ada sekitar 23 juta orang dengan demensia di Asia Pasifik, 1.2 juta di Indonesia dan akan menjadi 4 juta pada tahun 2050.

Laporan tersebut mengungkapkan sikap seputar demensia. Responden dari survei tersebut adalah Orang Dengan Demensia (ODD), family caregivers, perawat, praktisi kesehatan dan masyarakat umum.

Salah satu hasil yang mengkhawatirkan adalah masih berapa banyaknya orang di seluruh dunia yang berpikir bahwa demensia adalah bagian alami dari proses penuaan. 48% responden percaya seseorang dengan demensia tidak akan pernah membaik ingatannya, bahkan dengan dukungan medis, sementara satu dari empat orang berpikir tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah demensia.

Ini merupakan hambatan utama bagi orang yang ingin mengakses bantuan, saran dan dukungan. Stigma serupa juga berhubungan dengan masalah kesehatan mental, yang berfokus pada usia, berdasarkan kurangnya perawatan medis yang tersedia. Maka dari itu masyarakat perlu membuka diri dengan berdiskusi dan menghilangkan stigma agar kita dapat meningkatkan kualitas hidup Orang Dengan Demensia dan keluarganya.

Pimpinan Alzheimer’s Disease International (CEO) Paola Barbarino mengatakan: "Stigma adalah penghalang terbesar yang membatasi orang di seluruh dunia dari peningkatan kualitas hidup Orang Dengan Demensia. Konsekuensi dari stigma adalah tiga hal yang sangat penting untuk dipahami.

Di tingkat individu, stigma dapat merusak tujuan hidup dan mengurangi partisipasi dalam kegiatan kehidupan yang bermakna dan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah dan kehidupan yang berkualitas.

Di tingkat masyarakat, stigma struktural dan diskriminasi dapat memengaruhi tingkat pendanaan yang dialokasikan untuk perawatan dan dukungan. Saat ini terdapat sangat sedikit informasi tentang bagaimana stigma bermanifestasi dalam kaitannya dengan Orang Dengan Demensia dan bagaimana hal ini dapat bervariasi di seluruh dunia.

Dengan adanya survei dan laporan terperinci ini  memberi kita dasar informasi untuk stigma terkait demensia di tingkat global, regional dan nasional dan kami berharap temuan ini dapat memulai reformasi positif di level global."

Laporan itu juga menemukan bahwa sekitar 50% Orang Dengan Demensia merasa diabaikan oleh para praktisi kesehatan (dokter dan perawat) sementara 33% orang berpikir bahwa jika mereka terkena demensia, mereka tidak akan didengarkan oleh para praktisi profesional kesehatan maupun dokter.

Menariknya, 95% responden berpikir bahwa mereka dapat terkena demensia dalam hidupnya dan lebih dari dua pertiga orang (69,3 persen) akan mengambil tes profil genetik untuk mengetahui apakah mereka berisiko terkena demensia. Sementara itu, dua dari tiga orang masih berpikir demensia adalah bagian alami dari penuaan.

Rasa takut terkena demensia juga tinggi secara global, tetapi pemahaman sebenarnya tentang penyakit ini rendah. Ini mengkhawatirkan, karena Demensia dan Alzheimer merupakan penyebab kematian nomor 5 di dunia.

ADI meluncurkan kampanye globalnya “Let's Talk About Dementia” bersama 100 anggotanya di seluruh dunia termasuk Alzheimer Indonesia pada tanggal 1 September untuk menandai awal dari bulan kesadaran mengenai Demensia. Kampanye ini didasarkan pada pemahaman bahwa berbicara tentang demensia membantu mengatasi stigma, menormalkan situasi, dan memotivasi orang untuk mencari tahu lebih banyak, mencari bantuan, saran, dan dukungan.

Dengan sekitar 250 juta penduduk di Indonesia, ada sekitar 20 juta orang lanjut usia (60 tahun ke atas) dan 1.2 juta Orang Dengan Demensia (berdasarkan data Alzheimer's DIsease International, 2017). Setiap 3 detik seseorang di dunia terkena demensia tetapi kebanyakan orang dengan demensia tidak menerima diagnosis atau dukungan.

Hal ini akan membebani ekonomi seiring dengan meningkatnya biaya demensia sekitar US $ 1 triliun - angka yang ditetapkan dua kali lipat pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri, biaya demensia adalah US $ 2 miliar (Alzheimer’s Disease International, 2017). Kematian karena demensia meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2016, menjadikannya penyebab utama ke-5 kematian global pada tahun 2016 dibandingkan dengan ke-14 pada tahun 2000.

Kampanye "Ayo Bicara Tentang Demensia" bertujuan untuk merangsang percakapan tentang demensia, memahami gejalanya, faktor risiko, siapa yang harus ditanya dan ke mana harus meminta nasihat. Kurangnya pengetahuan tentang demensia menyebabkan asumsi yang tidak akurat tentang dampaknya yang sangat fatal pada orang dan keluarga mereka, serta stereotip negatif tentang bagaimana seseorang dengan demensia akan berperilaku.

Bukti menunjukkan, bahwa ketika Orang Dengan Demensia dan keluarga pendamping mereka dipersiapkan dengan baik dan mendapat dukungan penuh, perasaan kaget, kemarahan, dan kesedihan akan diimbangi oleh rasa tenteram dan terberdayakan.

Di Indonesia, selain dialog ini diadakan serentak dengan melakukan 65 kegiatan di 20 kota, salah satunya adalah dengan dihadirkannya Centre of Excellence Demensia sebagai bentuk kerjasama ALZI dengan Unika Atma Jaya.

Selain itu juga ada acara peluncuran buku A to Z Alzheimer - penanganan gangguan perilaku pada Orang Dengan Demensia karya Dr. dr. Yuda Turana SpS dan DY Suharya. ALZI berharap dengan diluncurkannya buku ini pemahaman publik semakin meningkat demi tercapainya peningkatan kualitas hidup ODD dan keluarganya.(*)


Sumber :
https://www.hariansuara.com/news/kesehatan/16689/survei-dua-dari-tiga-orang-di-dunia-berpikir-demensia-adalah-bagian-normal-dari-penuaan

Related Posts