Pages

Sunday, December 10, 2017

Demensia Si Pencuri Memori Masa Tua


Seorang lanjut usia (lansia) umumnya kerap mengalami sejumlah gangguan kesehatan, atau gangguan yang berkaitan dengan fungsi organ tubuh. Seperti gangguan gejala demensia atau lebih dikenal dengan pikun.

Demensia bukan penyakit. Melainkan, gejala yang disebabkan penyakit atau kelainan pada otak. Banyak orang menganggap, demensia sebagai hal yang wajar terjadi pada seorang lansia.

Demensia atau pikun sering kali dikategorikan sebagai masalah kecil. Banyak orang menganggap pikun wajar terjadi pada orang lansia. Padahal jika tidak ditelusuri penyebabnya, pikun bisa berakibat fatal.

Penyebab paling umum demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyakit ini disebabkan bagian otak yang tak berfungsi. Namun hingga kini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan Alzheimer secara total.

Kementerian Kesehatan pada 2015 mencatat, ada 1,2 juta jiwa yang menderita Alzheimer di Indonesia. Ini membuat, demensia perlu dideteksi dan diwaspadai sejak dini. Pengobatan dan penanggulangan harus sesuai dengan penyebab demensia tersebut.


Sumber :
https://www.liputan6.com/news/read/2686691/demensia-si-pencuri-memori-masa-tua

Penderita Demensia Diproyeksikan Berlipat Tiga dalam 30 Tahun

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan saat penduduk global bertambah usia, jumlah orang yang hidup dengan demensia diperkirakan berlipat tiga sampai 2050.

Demensia adalah istilah umum untuk beberapa penyakit yang kebanyakan progresif, mempengaruhi ingatan, kemampuan kognitif lain dan perilaku serta sangat mempengaruhi kemampuan seseorang melakukan aktivitas sehari-hari.

Di antara penyakit tersebut, Alzheimer`s adalah jenis demensia yang paling umum dan mencakup 60 sampai 70 persen kasus. Jenis lain yang umum ialah demensia vaskular dan bentuk campuran.


Badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan seluruh penduduk yang terdampak demensia dapat berlipat tiga dari 50 juta jadi 152 juta sampai 2050.

Biaya global tahunan saat ini untuk menangani demensia diperkirakan sudah mencapai 818 miliar dolar AS, setara dengan lebih dari satu persen produk domestik bruto global. Biayanya diperkirkaan bertambah menjadi dua kali lipat lebih atau sampai dua triliun dolar AS sampai 2030, sehingga akan sangat merusak pembangunan sosial dan ekonomi dan sangat membebani layanan sosial serta kesehatan, termasuk sistem perawatan jangka-panjang.

"Hampir sepuluh juta orang terserang demensia setiap tahun, enam juta di antara mereka di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus Direktur Jenderal WHO sebagaimana dikutip Antara dari Xinhua.

"Penderitaan yang diakibatkan sangat besar. Ini adalah seruan peringatan: kita harus memberi perhatian lebih besar pada tantangan yang berkembang ini dan memastikan semua orang yang hidup dengan demensia, di mana mereka tinggal, mendapatkan perawatan yang mereka perlukan," ia menambahkan.

Guna menghadapi tantangan itu, WHO pada Kamis (7/12/2017) meluncurkan Global Dementia Observatory, platform berbasis web untuk melacak kemajuan dalam penyediaan layanan bagi orang dengan demensia dan orang-orang yang merawat mereka.

Selain informasi mengenai sistem pengawasan dan data beban penyakit, sarana itu juga akan memantau keberadaan rencana dan kebijakan nasional, langkah pengurangan risiko dan prasarana penyediaan perawatan dan pengobatan.

WHO juga mendesak peningkatan penelitian mengenai demensia, bukan hanya untuk menemukan obatnya, tapi juga dalam bidang pencegahan, pengurangan risiko, diagnosis, perawatan dan pengobatan.


Sumber :
http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2017/196724-Penderita-Demensia-Diproyeksikan-Berlipat-Tiga-dalam-30-Tahun

Tuesday, October 31, 2017

6 Cara Mudah Cegah Pikun di Usia Muda

Pernah lupa menaruh kunci? lupa password telepon atau sulit mengingat tanggal ulang tahun orangtua atau pasangan. Jika pernah mengalaminya, Anda tidak sendiri. Sebab setiap hari, otak manusia kehilangan ribuan sel sehingga kita semua berisiko pikun.

Meski begitu jangan senang dulu karena seiring bertambahnya usia, pikun sering dikaitkan dengan gejala demensia alzheimer. Mengerikan, bukan? Tapi tidak perlu cemas, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah penurunan kerusakan otak.

Apa saja yang perlu dilakukan? simak ulasannya, seperti dikutip Mirror, Senin (4/5/2015) berikut ini:



1. Jangan mengandalkan teknologi

Cobalah jangan terlalu banyak mengandalkan teknologi. Perangkat teknologi memang memudahkan, tapi kalau hanya sekedar mengingat nama negara, tempat atau bahkan menghitung, sesekali hindari teknologi.

Psikolog dari Goldsmiths University, Patrick Fagan mengatakan, teknologi bisa mengubah bentuk otak kita, termasuk mengubah fungsinya. "Teknologi membuat manusia manja dan saya khawatir pada generasi mendatang," katanya.


2. Aktivitas fisik

Olahraga bisa meningkatkan kekuatan otak Anda. Tak percaya? sebuah studi oleh University of Georgia menemukan, sedikit latihan aerobik 20 menit sehari saja sudah cukup meningkatkan kesehatan otak.

"Latihan fisik memiliki efek besar pada kognisi Anda. Selain membuat tubuh sehat dan meningkatkan sirkulasi, olahraga juga membantu Anda mendapatkan oksigen lebih baik," kata neuro-psikolog, Dr Ashok Jansari.

Aktivitas fisik tak hanya olahraga, Jansari juga mengatakan untuk menari. "Jika sulit olahraga, menarilah. keduanya sangat baik dalam pelepasan hormon serotonin yang penting untuk kesehatan otak.


3. Bersosialisasi

Sebuah penelitian dari PLOS Medicine menemukan, orang-orang yang kesepian berisiko dua kali lipat terkena demensia. Untuk itu, kata Jansari, bersosialisasi adalah kuncinya.

"Bersosialisasi bisa merangsang otak, termasuk meningkatkan fungsi kognitif seperti menalar, intuisi, berpikir dan merasakan sesuatu. Selain itu, berteman juga membantu menciptakan cadangan sel-sel otak," katanya.


4. Bermain scrabble

Tahun lalu, 73 psikolog terkemuka dan ahli saraf mengklaim permainan kata seperti scrabble dapat meningkatkan kesehatan kognitif.


5. Tidur

Selain tidur 8 jam semalam, penelitian terbaru dari University of California menunjukkan bahwa tidur siang selama 10 menit saja bisa melawan degenerasi otak.


6. Belajar memainkan alat musik atau berbicara bahasa baru

"Musik memiliki efek yang luar biasa bagi otak. Belajar memainkan alat musik tidak hanya meningkatkan kemampuan musik Anda, tetapi juga kemampuan verbal dan visual. Anak-anak yang memainkan alat musik memiliki IQ yang lebih tinggi," kata Jansari.

Jika Anda tidak bisa memainkan alat musi, maka belajarlah bahasa baru. Cara ini juga memiliki efek yang sama. Sebuah studi dari University of Edinburgh menunjukkan, belajar bahasa baru dapat menunda demensia.


Sumber :
https://www.liputan6.com/health/read/2225360/6-cara-mudah-cegah-pikun-di-usia-muda

Related Posts