Pages

Saturday, September 23, 2023

Perbedaan Alzheimer dan Pikun

2 Perbedaan Alzheimer dan Pikun yang Perlu Diketahui 

20/01/2023

Sebagian di antara Anda barangkali ada yang pernah bertanya, apakah alzheimer dan pikun itu sama? Jawabannya tidak, meskipun kedua masalah ingatan ini sama-sama berisiko terjadi seiring bertambahnya usia. 

Lalu, apakah perbedaan alzheimer dan pikun? Simak penjelasan berikut ini... 

Dilansir dari Mayo Clinic, penyakit Alzheimer adalah gangguan neurologis progresif yang akan membuat otak menyusut dan mematikan sel otak. Penyakit Alzheimer akan menyebabkan demensia yang membuat seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk berpikir, berperilaku, dan bersosialisasi dalam masyarakat. 

Sedangkan menurut Healthline, pikun adalah penurunan kemampuan kognitif yang terjadi secara alami karena bertambahnya usia. Ada dua perbedaan mendasar antara Alzheimer dan pikun, yaitu dari sisi gejala serta rentang usia penderitanya. 


Gejala Alzheimer dan pikun 

Dilansir dari Healthline, ada beberapa gejala pikun yang akan dialami, seperti: 

  • Memerlukan waktu yang lebih lama untuk mempelajari hal baru 
  • Kerap lupa dengan beberapa hal 
  • Kesulitan untuk melakukan lebih dari satu kegiatan di waktu yang sama 
  • Memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memproses informasi atau memecahkan masalah 
  • Kerap lupa dengan kata atau istilah tertentu dalam konteks percakapan 

Kondisi ini dijelaskan sebagai hal yang normal dialami dan sangat berbeda dengan penderita Alzheimer. Lalu, apakah Alzheimer dan pikun itu ada kesamaan? Meskipun keduanya hampir mirip, seseorang yang mengalami Alzheimer mengalami gejala yang lebih parah sehingga berakibat negatif pada kehidupan sehari-hari. 

Dilansir dari NHS, ada beberapa gejala Alzheimer yang akan muncul, seperti: 

  • Sering merasa bingung, hilang arah, dan tersesat di tempat yang familiar 
  • Merasa kesulitan dalam merencanakan atau membuat keputusan 
  • Mengalami penurunan kemampuan untuk bicara dan menggunakan bahasa 
  • Sering kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan 
  • Mengalami perubahan sifat, seperti menjadi lebih agresif, sering menuntut, dan cepat merasa curiga dengan orang lain 
  • Mengalami halusinasi dan delusi 
  • Memiliki suasana hati yang murung atau sering merasa cemas 

Alzheimer adalah penyakit progresif sehingga gejalanya bertahap dan akan semakin parah karena penyakit ini memengaruhi beberapa fungsi otak. 

Rentang usia penderita Alzheimer dan pikun Dilansir dari NHS, Alzheimer biasanya dialami oleh orang-orang dengan usia lebih dari 65 tahun. Namun, Alzheimer juga bisa menyerang mereka yang memiliki usia di bawah 65 tahun dan kondisi ini disebut dengan young-onset Alzheimer’s disease atau Alzheimer pada usia muda. 

Menurut Mayo Clinic, orang-orang yang sudah memasuki usia senja atau di atas 50 tahun akan cenderung mengalami kepikunan. Meskipun keduanya sering dianggap sama, ada beberapa perbedaan Alzheimer dan pikun yang penting untuk diketahui. 

Segera periksa ke dokter ketika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala di atas untuk mengetahui apakah yang dialami merupakan Alzheimer atau pikun sehingga bisa mendapatkan perawatan yang tepat.


Sumber :

https://health.kompas.com/read/23A20150000168/2-perbedaan-alzheimer-dan-pikun-yang-perlu-diketahui?page=all.

Saturday, June 3, 2023

Apakah Lupa itu Pikun?

Apakah Lupa itu Pikun?

Stevani Imma S.S.Kep.,Ns - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk mengungkapkan kembali informasi yang telah kita terima atau yang sudah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.

Faktanya, adalah hal yang wajar jika anda lupa akan nama atau hal-hal yang baru anda pelajari. Hal tersebut terjadi karena informasi yang baru Anda pelajari belum sampai ke ingatan jangka panjang, atau Anda memang sedang tidak fokus dalam mengingat hal yang baru Anda pelajari.

Siapa pun pasti pernah mengalami lupa, hal ini kerap kita alami ketika kelelahan, banyak pekerjaan, atau terlalu asyik melakukan hal lain. anak muda, lansia dan orang sehat pun dapat sering lupa, mulai dari hal-hal kecil hingga besar, seperti lupa menaruh barang atau bahkan tenggat waktu pekerjaan.

Sedangkan pikun atau demensia secara harafiah berarti de (kehilangan), mensia (jiwa), tetapi lebih umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex). Di samping itu, ada pula yang menyebutkan bahwa pikun merupakan suatu penurunan kualitas intelektual yang disertai gangguan pengamatan sampai menurunnya daya ingat yang sangat mengganggu kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam pengendalian emosi (Yatim. 2009, hlm 9-10).

Gejala Demensia menurut American Academy Family Physicians (2001) dalam Pangkalan Ide (2008, hlm 17), yaitu:

  1. Hilang ingatan baru-baru ini, tidak hanya sekedar lupa.
  2. Lupa kata-kata atau tata bahasa yang tepat.
  3. Perasaan berubah-ubah (moody), kepribadian mendadak berubah atau mendadak tidak berminat untuk melakukan suatu aktivitas.
  4. Tersesat atau tidak ingat jalan pulang ke rumah.
  5. Tidak ingat cara mengerjakan tugas sehari-hari.

Menurut Yatim (2003, hlm 10-16), penyebab pikun adalah sebagai berikut: tumor, trauma, infeksi kronis, penyakit syphilis, kelainan jantung dan pembuluh darah, kelainan congenital, penyakit psikiatri, kelainan faali, demensia karena kerusakan sel-sel otak (degenerative dementia), hilangnya bungkus saraf (demyelinating), kelainan metabolik, obat-obatan dan racun.

Menurut Yatim (2003, hlm 39-41), ada beberapa pencegahan dan pengobatan demensia, yaitu:

  1. Pencegahan demensia akibat matinya dibanyak daerah jaringan otak (multi infarct dementia) adalah dengan mengendalikan naiknya tekanan darah. Ini merupakan suatu tindakan yang penting karena ternyata penyebab utama demensia jenis ini adalah tekanan darah tinggi (hypertensi). Termasuk dalam hal ini mencegah kakunya dinding pembuluh darah otak seperti arterio sklerosis dan penyakit pembuluh darah yang disebut congophilic angiopathy serta penyakit-penyakit pembuluh darah dan penyakit jantung lainnya.
  2. Mengobati penyakit-penyakit yang memperberat kejadian demensia.
  3. Mengobati gejala-gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.
  4. Mengatasi masalah penyimpangan perilaku dengan obat-obat penenang (transquillizer dan hipnotic) serta pemberian obat- obatan anti kejang bila perlu.
  5. Pendekatan psikologi dalam mengatasi masalah perilaku.
  6. Memberikan konseling untuk membantu kelurga penderita menghadapi keseharian penderita demensia.

Sehingga pikun adalah menurunnya kemampuan berpikir secara drastis, akibat menurunnya fungsi jaringan otak. Gejala pikun biasanya meningkat seiring pertumbuhan usia. Akan tetapi perlu diketahui, pikun bukan merupakan gejala normal dari proses penuaan.

Siapa pun, terutama lansia, yang menunjukkan gejala demensia (pikun). Lupa akan hal-hal yang baru saja terjadi -dikenal sebagai penurunan ‘daya ingat segera’- jika disertai penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, dikenal dengan demensia atau pikun. Dalam taraf dini atau ringan, acap kali sulit dikenali dan dianggap sebagai gangguan memori terkait usia, maupun gangguan kognitif ringan non demensia.

Salah satu patokan yang dapat dipakai, antara lain, jika gangguan memori segera tersebut sudah mengganggu aktivitas dasar sehari-hari maka harus diwaspadai adanya demensia ringan. Perubahan yang terjadi, antara lain, percakapan berulang-ulang yang akan semakin sering dijumpai, menjawab pertanyaan yang sama berkali-kali dalam satu kesempatan, juga akan kerap ditemui. Menjaga kebersihan diri yang biasanya dilakukan secara mandiri akan mulai membutuhkan bantuan.


Sumber :

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1512/apakah-lupa-itu-pikun

Friday, February 17, 2023

Muda tapi Pelupa

Usia Muda tapi Sering Lupa, Waspadai Penyebabnya

Mudah lupa identik dengan usai senja. Kondisi ini bisa jadi karena berkurangnya fungsi hipokampus atau bagian otak untuk mengingat. Tapi, ada kalanya seseorang menjadi mudah lupa kendati usianya masih muda. Lalu, Apa penyebab mudah lupa usia muda ini?

Mungkin Anda sering lupa meletakkan barang, lupa mengingat nama orang yang baru Anda temui, atau lupa bahwa Anda memiliki jadwal pertemuan. Lupa adalah hal alami dan wajar. Menurut penelitian, otak hanya mampu mengingat 7 informasi dalam jangka pendek kurang dari 30 detik. Tetapi, jika terlalu mudah lupa di usia 20 hingga 30-an, mungkin Anda perlu mempertimbangkan kembali kesehatan Anda secara keseluruhan.


Penyebab Sering Lupa di Usia Muda

Berikut beberapa alasan yang dapat menyebabkan mudah lupa di usia muda, dirangkum dari berbagai sumber:


1. Kurang tidur

Dikutip dari Firstpost, kurang tidur dapat dengan mudah menyebabkan perubahan suasana hati dan kecemasan. Suasana hati yang tidak baik dan cemas mempengaruhi ingatan menjadi buruk. Kurang tidur juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan diabetes, yang mana dapat memicu penyempitan pembuluh darah. Kondisi ini membatasi aliran darah otak sehingga mempengaruhi kemampuan mengingat.


2. Hipotiroidisme

Ketika kelenjar tiroid berhenti melepaskan jumlah hormon tiroid yang dibutuhkan dalam tubuh, maka terjadilah hipotiroidisme. Orang dengan hipotiroidisme yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dapat mengalami masalah memori dan kesulitan berkonsentrasi. Alasannya, hipotiroidisme ternyata menyebabkan penurunan ukuran hipokampus. Kondisi ini dapat menjadi sebab mudah lupa di usia muda.


3. Demensia dini

Mengutip Mayo Clinic, penyebab seseorang mudah lupa adalah demensia. Kondisi ini ditandai dengan penurunan fungsi otak seperti hilangnya kemampuan mengingat dan daya pikir. Umumnya terjadi pada usia senja, namun dapat pula terjadi pada usia muda, disebut dimensia dini. Demensia biasanya dimulai secara bertahap, memburuk dari waktu ke waktu dan mengganggu kemampuan seseorang dalam pekerjaan, interaksi sosial dan hubungan.


4. Stres, cemas, dan depresi

Melansir everydayhealth.com, direktur Pusat Perawatan Memori dan Alzheimer di Johns Hopkins Medicine, Constantine Lyketsos mengatakan stres dan kecemasan yang signifikan dapat menyebabkan masalah perhatian dan memori. Klaim ini sejalan penelitian yang diterbitkan pada Mei 2022 di Frontiers in Psychiatry. Masalah ini umumnya terjadi pada orang yang mengalami tekanan atau tidak dapat tidur nyenyak.


5. Mengonsumsi obat-obatan

Menurut American Association of Retired Persons, beberapa jenis obat dapat mempengaruhi memori. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau AS memperingatkan bahwa obat penurun kolesterol, yang dikenal sebagai statin, dapat sedikit meningkatkan risiko efek samping kognitif yang dapat dibalik, termasuk kehilangan memori dan kebingungan.

Adapun jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan mudah lupa yaitu obat anti-kecemasan antidepresan, antihistamin, obat anti kejang, obat tekanan darah, obat penghilang rasa sakit tertentu, obat penurun kolesterol, obat diabetes, obat untuk mengobati penyakit Parkinso, dan obat tidur.


6. Defisiensi nutrisi

Menurut Klinik Cleveland, defisiensi atau kekurangan nutrisi tertentu dapat menyebabkan mudah lupa di usia muda. Salah satu penyebab mudah lupa adalah kurangnya asupan vitamin B12. Vitamin ini penting untuk fungsi saraf normal. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kebingungan dan bahkan demensia. Berdasarkan National Institutes of Health, orang dewasa membutuhkan sekitar 2,4 mikrogram vitamin B12 per harinya. Nutrisi ini dapat diperoleh dengan mengonsumsi produk susu, daging, dan ikan.


7. Masalah pada otak

Kondisi lain yang dapat menyebabkan masalah mudah lupa di usia muda meliputi infeksi otak, cedera otak, dan tumor otak. Infeksi parah di sekitar otak, terutama jika tidak diobati, dapat menyebabkan masalah ingatan. Misalnya, beberapa orang dengan COVID-19 yang lama telah melaporkan kehilangan ingatan setelah infeksi.

Menurut Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke AS, cedera otak ringan dapat menyebabkan kebingungan dan masalah dengan memori serta konsentrasi. Selain itu, tumor otak dapat mempengaruhi kemampuan mengingat seseorang menurut National Brain Tumor Society. Selain itu, perawatan untuk tumor otak, seperti operasi otak, kemoterapi, atau terapi radiasi, juga dapat memengaruhi daya ingat pasien.


Sumber :

https://gaya.tempo.co/read/1651618/usia-muda-tapi-sering-lupa-waspadai-penyebabnya

Sunday, December 4, 2022

Olahraga untuk Lansia

Tips Olahraga untuk Lansia

Kaum lanjut usia (lansia) sudah mulai turun fungsi tubuhnya. Kemampuan geraknya pun menurun seiring bertambahnya usia. Lalu, apakah lansia ini boleh berolahraga?

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Sport Medicine, Injury & Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr Antonius Andi Kurniawan, SpKO mengatakan lansia justru sangat disarankan untuk berolahraga rutin. Tak hanya bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh, lansia yang melakukan olahraga secara rutin juga dapat merasakan manfaat lain, yakni kualitas hidup lebih baik dan hati yang lebih bahagia.

"Meski usia sudah lanjut, olahraga rutin dan aktivitas fisik ada baiknya tidak ditinggalkan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (16/10/2022).

Kurang bergerak atau jarang berolahraga dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan pada orang yang berusia lanjut, misalnya nyeri sendi dan otot, tekanan darah tinggi, pikun atau demensia, hingga diabetes. Selama berolahraga, tubuh akan melepaskan hormon endorfin yang dapat meningkatkan mood, dan membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks. Hormon ini dapat mengurangi rasa sakit dan memberikan energi positif, yang berujung pada hati lebih bahagia.

Selain membuat hati lebih bahagia, lansia yang rutin berolahraga juga dapat merasakan berbagai manfaat pada kesehatan tubuh, antara lain memperkuat otot dan sendi, melancarkan peredaran darah, serta membantu mengendalikan penyakit komorbid yang sudah diderita, seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia dan hipertensi.

Selain itu, bisa memperlambat keparahan sindrom geriatri, menjaga kesehatan dan fungsi otak sekaligus menurunkan risiko gangguan pada otak, seperti demensia. Olahraga juga bisa mengurangi stres dan risiko gangguan mental, seperti depresi.

Tak hanya itu, olahraga juga membantu mencegah obesitas. Porsi olahraga untuk lansia, sama seperti kaum usia produktif. "Lansia disarankan untuk tetap aktif bergerak dan rutin berolahraga setidaknya 150 menit per minggu atau minimal 30 menit setiap harinya."

Namun, meskipun tetap boleh melakukan olahraga favorit semasa muda, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan ketika lansia mau memulai berolahraga, yakni konsultasikan kondisi kesehatan dengan dokter yang merawat lansia sebelum memutuskan untuk mulai berolahraga. Hal ini untuk memastikan kembali bagaimana porsi olahraga yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing lansia.

"Para lansia yang sudah lama tidak berolahraga sebaiknya memulai olahraga perlahan dengan latihan yang ringan dan konstan," tambahnya.

Jangan lupa selalu lakukan pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelah berolahraga. Meskipun sederhana, tetapi kedua hal ini dapat membantu menyiapkan tubuh untuk berolahraga dan beristirahat, serta mengurangi risiko terjadinya cedera ketika berolahraga. "Lakukan olahraga ketika tubuh benar-benar bugar. Tidak perlu terlalu memaksakan diri," ujar dokter Antonius.

Ia menambahkan pertambahan usia membuat tubuh tidak sebugar ketika muda, maka lekas merasa lelah adalah hal yang wajar. Lakukan olahraga secara perlahan dengan kesadaran penuh akan kemampuan diri sendiri dan berhentilah ketika sudah merasa lelah.

"Melakukan latihan keseimbangan karena latihan keseimbangan sangat berguna untuk mencegah jatuh pada lansia. Belajarlah teknik yang benar dalam melakukan olahraga agar tidak terjadi cedera olahraga."


Sumber :

https://www.republika.co.id/berita/rjv99n430/tips-olahraga-untuk-lansia

Monday, February 21, 2022

Menghindari Pikun Sejak Dini

Mulai Lupa Ini dan Itu, Berikut 5 Tips Menghindari Pikun Sejak Dini

Sabtu, 1 Mei 2021 16:31 WIB

Kondisi pikun ini biasanya terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Tetapi, yang masi muda saat ini pun tidak dapat kita mungkiri bisa kena penyakit ini. Karena kepikunan ini terjadi karena beberapa faktor seperti stres, kelelahan, depresi, dan yang lainnya.

Namun, kepikunan tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena ada beberapa tips untuk untuk mencegah pikun tersebut. Berikut tips cara mengatasi pikun dari berbagai sumber:


1. Tidur yang cukup

Saat tidur, memori-memori dalam otak akan diperkuat. Dan sebaliknya, kurang tidur berpotensi meningkatkan risiko pikun. Tak hanya itu, tidur juga bisa menambah fokus dan atensi Anda. Jadi, tidurlah 7-9 jam per hari agar kekuatan otak kita tetap terjaga.


2. Lakukan olahraga dengan teratur

Olahraga bukan cuma bertujuan menjaga kesehatan tubuh. Latihan fisik ini juga dapat mencegah pikun dengan meningkatkan fungsi memori. Durasi olahraga yang disarankan adalah 150 menit per minggu untuk olahraga ringan dan 75 menit per minggu untuk olahraga berat.


3. Melakukan pola makan sehat

Mencegah pikun dapat dimulai dengan konsumsi makanan yang sehat. Kurangi konsumsi gula, alkohol, dan karbohidrat yang diproses (seperti kue, roti, dan sebagainya). Pasalnya. bahan-bahan ini dapat meningkatkan risiko pikun.

Tingkatkan konsumsi ikan, daging ayam, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung omega-3 juga dapat meningkatkan fungsi memori kita.


4. Mengisi TTS

TTS atu teka-teki silang adalah sebuah permainan mengasah otak yang sudah ada sejak lama. Tak sedikit orang yang bahkan mengoleksi permainan ini karena konsepnya yang menyenangkan. Ingatan, pengetahuan, logita dan konsentrasi akan terpacu dan terasah dalam permainan ini, sehingga bisa menyembuhkan penyakit demensia atau pikun secara perlahan.


5. Menghafal

Latihlah daya konsentrasi dengan cara membaca dan menghafal beberapa bacaan seperti buku, koran atau majalah. Dengan cara ini maka sel-sel dalam otak akan berkembang sehingga dapat meningkatkan sistem kerja otak agar lebih baik. Dengan membaca dan menghafal, tentu bisa mengurangi risiko pikun karena kemampuan konsentrasi terus dilatih sehingga menciptakan kondisi daya ingat yang prima.


Sumber :

https://gaya.tempo.co/read/1458338/mulai-lupa-ini-dan-itu-berikut-5-tips-menghindari-pikun-sejak-dini/full&view=ok

Wednesday, January 12, 2022

Sering Disamakan, Ini Perbedaan Mendasar Lupa dan Pikun

Lupa dan pikun adalah kondisi medis yang berbeda. Pikun disebut dokter, bukan gejala normal dari proses penuaan. Pikun merupakan kondisi menurunnya kemampuan berpikir secara drastis.

Dalam keseharian, orang yang lupa akan sesuatu kerap diledek dengan sebutan pikun. Padahal, lupa dan pikun sebenarnya dua hal yang berbeda.

"Sebenarnya lupa dan pikun sesuatu yang tidak sama, sesuatu yang berbeda," jelas Dr dr Ninik Mudjihartini MS dari Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI dalam seminar web untuk awam "Kiat Sehat Lansia Pasca Pandemi Covid-19", Sabtu (18/12).

Lupa, lanjut Dr Ninik, merupakan peristiwa di mana tidak dapat ditimbulkannya kembali informasi-informasi yang telah diterima dan disimpan. Pada lupa, hilang pula kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari.

Dr Ninik mencontohkan, dahulu sebagai mahasiswi kedokteran dia belajar mengenai obat, mulai dari nama-nama hingga kegunaannya. Namun seiring berjalannya waktu dan Dr Ninik tak lagi melakukan praktik klinik, informasi tersebut tidak dia gunakan.

"Sehingga hal itu hilang, atau hanya tertinggal dalam jumlah sedikit. Namun kalau saya mau mengembalikan ingatan itu, saya dapat melatih untuk kembali mengingat hal-hal tersebut, informasi yang sudah saya dapat," ungkap Dr Ninik.

Ada dua teori yang dinilai menjadi penyebab terjadinya lupa. Yang pertama adalah teori atopi, di mana lupa terjadi karena informasi terlalu lama disimpan sehingga menjadi rusak atau bahkan hilang dari ingatan.

Teori yang kedua adalah teori interferensi. Mengacu pada teori ini, lupa terjadi karena informasi yang disimpan dan yang akan ditimbulkan kembali terlalu banyak sehingga menimbulkan interferensi.

Berbeda dengan lupa, pikun merupakan kondisi di mana menurunnya kemampuan berpikir secara drastis. Penurunan ini dipicu oleh penurunan fungsi jaringan otak. Pikun juga dikenal dengan istilah demensia. Gejala pikun biasanya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

"Pikun itu bukan gejala normal dari proses penuaan. Gejala normal (proses penuaan) itu lupa. Pikun itu lebih sebagai suatu kelainan," ungkap Dr Ninik.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pikun atau demensia. Sebagian di antaranya adalah kebiasaan merokok, konsumsi gula terlalu banyak, dan makan terlalu banyak. Kurang tidur dan kurang menstimulasi pikiran juga dapat memicu terjadinya pikun.

Demensia itu sendiri merupakan istilah payung untuk menggambarkan sekumpulan penyakit otak dan gejala-gejalanya. Gejala tersebut meliputi kehilangan ingatan, kesulitan untuk membuat keputusan, perubahan kepribadian, dan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Sekitar 60-70 persen kasus demensia adalah penyakit Alzheimer. Beberapa penyakit lain yang juga termasuk ke dalam demensia adalah demensia vaskular, demensia frontotemporal, demensia lewy body, dan bentuk demensia lain seperti penyakit Parkinson atau penyakit Huntington.

Dr Ninik mengatakan ada empat hal yang bisa dilakukan untuk mencegah pikun. Dua di antaranya adalah "memberi makan" otak dengan mengonsumsi makanan yang bergizi serta kaya omega-3 dan olahraga. Dua upaya lainnya adalah olah otak dan mengistirahatkan otak. "Datang ke dokter bila ada tanda demensia atau pikun," tukas Dr Ninik.


Sumber :

https://www.republika.co.id/berita/r4b5h9328/sering-disamakan-ini-perbedaan-mendasar-lupa-dan-pikun

Tuesday, September 14, 2021

Pikun Digital

Makin Banyak Orang Sakit "Pikun Digital"

24/06/2013, 17:17 WIB 

Istilah "digital dementia" mungkin belum akrab di telinga. Tetapi mereka yang mengalami penyakit ini terus mengalami peningkatan seiring perubahan gaya hidup akibat perkembangan teknologi. Seperti dilansir surat kabar JoongAng Daily , para ahli kesehatan di Korea Selatan melaporkan peningkatan jumlah kasus kepikunan yang disebabkan ketergantungan pada gadget dan barang elektronik. 

Penyakit yang disebut "digital dementia" atau kepikunan digital saat ini melanda kaum muda yang kecanduan berat pada gadget atau barang digital lainnya. Kecanduan membuat mereka tak mampu lagi mengingat hal-hal detil dalam kehidupan sehari-hari semisal nomor ponsel pribadi. 

Korsel merupakan salah satu negara dengan koneksi digital paling baik di dunia saat ini. Namun  negara ini juga mengalami dampak buruknya seperti munculnya masalah kecanduan internet di kalangan dewasa dan anak-anak. 

Negara Ginseng ini juga tengah menghadapi ancaman kasus demensia digital di usia muda. Digital demenita  (istilah yang dipopulerkan di Korsel) merupakan penurunan kemampuan kognitif yang sebenarnya lebih banyak muncul pada orang-orang yang mengalami cedera pada bagian kepala atau gangguan kejiwaan. 

"Penggunaan smartphones dan konsol game berlebihan bisa mengganggu keseimbangan perkembangan otak," kata Byun Gi-won, seorang dokter yang berpraktik di Balance Brain Centre Seoul. 

"Pengguna berat cenderung hanya mengembangkan bagian otak kirinya, sehingga otak kanannya tidak tersentuh atau tidak berkembang," ujarnya. Otak kanan manusia berhubungan dengan daya konsentrasi. Apabila bagian otak ini gagal berkembang, dapat mempengaruhi perhatian dan daya ingat, di mana sebanyak 15 persen kasus dapat menyebabkan terjadinya demensia di usia dini. 

Mereka yang mengalami "kecanduan" ini juga dilaporkan menderita keterbelakangan dalam perkembangan emosi.  Anak-anak berisiko lebih besar mengalaminya ketimbang orang dewasa karena otaknya masih dalam proses pertumbuhan. 

Menurut para dokter di Korsel, kondisinya saat ini lebih memburuk karena persentase anak berusia 10 -19 tahun yang menggunakan smartphone lebih dari 7 jam sehari mengalami kenaikan hingga 18,4 persen. 

Angka ini meningkat dari hanya 7 persen tahun lalu. Lebih dari 67 persen warga Korsel saat ini memiliki smartphone, atau tercatat sebagai yang tertinggi di dunia . Ironisnya, 64 persen pemilik smartphone ini adalah remaja.  

Angkanya melonjak tajam dari hanya 21,4 persen pada 2011, menurut data Kementerian Ilmu, ICT dan Perencanaan Masa Depan Korsel Dr Manfred Spitzer, salah seorang pakar ilmu saraf Jerman, yang mempublikasikan buku berjudul "Digital Dementia" pada 2012 pernah memperingatkan para orang tua dan guru akan bahaya  gadget.  

Penggunaan ponsel, laptop atau konsol game secara berlebihan di usia dini dapat mengancam perkembangan jiwa mereka di kemudian hari. Dr Spitzer mengingatkan bahwa defisit atau atau kegagalan dalam perkembangan otak bersifat permanen. Ia bahkan meminta kepada pemerintah Jerman menerapkan larangan penggunaan media digital  dalam pengajaran anak-anak di sekolah karena khawatir akan kecanduan. 


Sumber :

https://health.kompas.com/read/2013/06/24/1717056/Makin.Banyak.Orang.Sakit.Pikun.Digital..

Related Posts